Selasa, 10 Mei 2011

IBU MUSTOFIAH

Sosok Lembut Penuh Kreativitas

Siapapun pasti tidak  menyangka dan menduga kalau  Ibu Mustofiah yang terlihat biasa-biasa saja ternyata  memiliki kreativitas yang sangat tinggi. Beliau tidak hanya sekedar mengajar Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di SMP N 15 Tegal. Sosok Ibu yang lembut ini mementahkan anggapan tentang kalau guru senior kebanyakan tidak kreatif, pasrah, dan membosankan. Tetapi Ibu Mustofiah ini adalah kekecualian. Dengan segala keterbatas- annya sebagai seorang ibu, guru PLH ini mengajar dengan penuh kegigihan atau semangat, dan yang paling pantas diacungi jempol adalah beliau mengajar dengan kreativitas yang sangat tinggi.
Berbekal ketekunan-nya, ibu yang selalu tersenyum dengan lembut terus melakukan eksperimen. Segala hal tidak luput untuk selalu mencoba apa yang belum pernah dicoba, untuk mendapat hasil terbaik. Sebagai seorang ibu yang penuh dengan keterbatasan waktunya, beliau mengerjakan   kegiatan  di   rumah  saat - saat    waktu senggang, dan karena hanya mengandalkan kemampuan diri. Proses kreatif  ini tidak lepas dari motto beliau yaitu ”Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, Hari besok harus lebih baik dari hari ini”ucapnya saat ditanya motto hidup beliau.

Kekreatifan ibu dari 3 anak ini sudah bisa menghasilkan sesuatu dari kreatifitasnya seperti,  vas bunga yang terbuat dari botol bekas, gayung, lampion, yang terbuat dari botol Mizon bekas dan kap lampu yang membuat orang terpesona, terakhir dan baru-baru ini  beliau bereksperimen membuat kerupuk dari nasi bekas dan itu berhasil menarik perhatian semua orang sehingga orangpun tertarik mencobanya dan akhirnya kerupuk itu memiliki nilai jual yang lumayan.
Kepedulian Lingkungan

Sebagai pengajar PLH, kepedulian akan pentingnya penggunaan barang bekas selalu beliau ‘kampanyekan’ kemana-mana. Itu tidak lepas dari pemikiran beliau ke depan, tentang bahaya dari sampah yang tidak bisa membusuk, anorganik. bu yang berkacamata ini mengaku bahwa  mata pelajaran  PLH itu sangat penting dan bermanfaat. Berguna untuk bertujuan mengenalkan, melestarikan, mengembangkan PLH agar masyarakat peduli dengan lingkungan hidup.

Beliau berpesan sebaiknya semua peduli pada lingkungan hidup karena peduli terhadap lingkungan hidup itu penting untuk melestarikan penghijauan. Peduli terhadap lingkungan hidup juga dapat dilakukan dengan mengelola barang bekas yang tidak berguna  menjadi barang  yang bermanfaat yang juga mempunyai nilai jual.

Tidak mengheran - kan kalau kreatifitasnya membawa guru PLH ini dimintai bantuan untuk memberi kursus atau pelatihan singkat bagi ibu-ibu PKK di lingkungannya maupun dimintai bantuan oleh para kenalan atau koleganya. Bu Mus di depan para ibu-ibu tidak hanya ekedar memberi pelatihan bagaimana mengolah atau memanfaatkan barang  atau makanan bekas, tetapi yang terpenting dari semua itu dalah memberi dorongan kepada mereka untuk bagaimana memelihara lingkungannya. Rusaknya lingkung-an mungkin tidak dirasakan oleh kita, tetapi anak cucu kita yang akan merasakannya?” Kata beliau. Lebih lanjut beliau enyampaikan bahwa kalau kita tidak memelihara lingkungan maka kita akan memberi kesengsaraan bagi anak turun kita. “Seperti ekarang ini, dimana cuaca tidak menentu. Di sisi lain, kualitas lingkungan kota kita juga semakin menurun. Dosa lo kalau lingkungan hidup tidak kita pelihara,” pungkas beliau kepada tegalinfo.

Membangkitkan Semangat Hidup

Suatu hari ada seorang rekan pembaca yang bertanya melalui e-mail, "Pak , bagaimana caranya membangkitkan semangat hidup?" Rekan saya tersebut berkisah bahwa ia sering keliru memaknai sebuah hadits yang berbunyi, "Beramallah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selama-lamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok". Ia beranggapan bahwa untuk apa bekerja keras meraih kesuksesan dunia kalau pada akhirnya kita juga akan mati.

Ya, memang benar kita akan mati, tapi bukan berarti kita menjadi bersikap apatis seperti itu. Memang pada suatu saat nanti maut pasti akan menjemput, dan berakhirlah kontrak hidup kita di dunia ini. Namun jika hal ini menjadikan kita kehilangan semangat untuk berjuang dan bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita, atau paling tidak berusaha agar kita bisa meraih kehidupan yang lebih baik maka pemahaman seperti itu kurang benar.

Akhirat memang harus kita dapatkan, namun dunia juga tidak boleh kita abaikan. Dan yang paling ideal adalah kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Semua orang pasti menghendaki kedua hal tersebut. Jadi ada keseimbangan dalam hidup ini. Di samping bekerja keras untuk urusan dunia, di sisi lain kita juga tidak melupakan ibadah kita kepada Tuhan. Kita tidak mementingkan dunia saja, tapi kita juga tetap ingat kepada Allah SWT, dan sadar betul kewajiban kita kepada-Nya. Dengan memahami pentingnya keseimbangan hidup tersebut, kita akan memiliki sebuah semangat untuk menjalani hidup ini dengan dinamis, optimis dan bahagia.

Berikut mari kita uraikan beberapa hal yang dapat membangkitkan semangat hidup, antara lain:

1.Tahu apa hakekat sebenarnya hidup ini.

Banyak orang yang tidak tahu apa sebenarnya hakekat hidup ini. Untuk apa kita hidup? Untuk apa kita ada di dunia ini? Memang butuh perenungan yang dalam untuk menemukan jawaban pertanyaan seperti itu. Bagi Anda yang muslim, pasti Anda pernah mendengar atau membaca firman Allah SWT dalam Al Quran surat Adz Dzariyaat ayat 56 yang artinya, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."

Mengabdi/beribadah di sini memiliki arti yang sangat luas. Bukan hanya ibadah yang kaitannya dengan urusan akhirat saja, namun semua ikhtiar dan kerja keras kita dalam hidup ini adalah ibadah. Selama apa yang kita lakukan tidak bertentangan dengan ajaran agama yang kita anut, itu pun bernilai ibadah. Kita berusaha membahagiakan dan mencukupi kebutuhan keluarga kita, itu juga ibadah. Yang penting dari awal kita niatkan apa pun usaha kita hanya untuk mencari keridhoan-Nya dan kita pun harus seimbang dalam mengerjakan urusan dunia dan amalan akhirat.

Jika kita menyadari hal ini, tentu kita akan memiliki semangat untuk mengerjakan semua pekerjaan dan urusan dengan cara yang terbaik. Satu hal yang penting dan tidak boleh dilupakan adalah niat, karena niat akan menentukan nilai amal/perbuatan kita.

2.Tahu cita-cita hidup kita yang tertinggi.

Semua orang memiliki impian dan cita-cita, namun hanya sedikit yang berani mengejar dan mewujudkannya menjadi sebuah pencapaian hidup. Banyak orang kehilangan semangat dalam hidupnya hanya karena mereka tidak tahu atau tidak mau tahu akan apa yang sebenarnya yang mereka mau. Apa yang sebenarnya yang mereka inginkan. Kebanyakan orang hanya menjalankan hidup ini sebagai sebuah rutinitas. Dengan sedikit kenyamanan yang mereka rasakan maka berhenti sampai di situlah impiannya. Mereka takut membuat sedikit perbedaan karena khawatir kenyamanan itu akan hilang.

Semua orang pasti memiliki potensi yang luar biasa, dan keluarbiasaan itu baru akan tergali secara maksimal jika kita sudah bisa keluar dari penjara mental kita. Jika kita sudah menemukan profesi yang paling tepat dengan panggilan jiwa maka kita akan lebih mudah mengaktualisasikan potensi diri kita yang sebenarnya. Dengan itu kita mendedikasikan hidup untuk kehidupan ini; mempersembahkan yang terbaik yang bisa kita berikan untuk peradaban manusia yang sedang kita jalani saat ini.

Banyak orang berbakat yang terjerat borgol emas. Mereka sebenarnya bisa melakukan hal yang lebih, tapi mereka tidak berani melakukan hal yang berbeda atau keluar dari zona nyaman. Banyak orang yang sebenarnya bakatnya di bidang A, namun kenyataannya ia bekerja di bidang C. Ia tidak berani keluar dari pekerjaannya yang sekarang karena tidak adanya jaminan penghasilan jika ia benar-benar keluar. Akhirnya ia merasa kehidupannya bagai di penjara, pekerjaannya mengurung ia seperti di sangkar emas. Tidak salah lagi, bukan potensi terdahsyat yang keluar dari dirinya, namun semua itu seakan menjadi rutinitas agar ada nasi yang bisa dimakan hari ini, besok, dan seterusnya.

Jika Anda ingin kehidupan Anda penuh semangat dan bahagia maka temukan apa yang sebenarnya Anda inginkan dan kejarlah hal itu. Semua butuh perjuangan dan kerja keras, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi ada hal yang harus Anda tahu: tidak ada sesuatu yang tidak mungkin dalam hidup ini selama kita mau berusaha dan mencobanya.

3.Bersyukur terhadap apa yang sekarang kita miliki dengan tulus.

Setiap orang mempunyai titik kepuasan sendiri-sendiri. Ada orang yang jika mempunyai rumah satu sudah puas, namun ada juga yang sudah memiliki rumah, hotel, vila dan real estate di berbagai penjuru kota masih belum puas. Ada orang yang punya tabungan 1 juta rupiah sudah merasa kaya, namun ada juga orang yang sudah punya tabungan, deposito, saham, dan asset investasi lainnya bernilai miliaran masih merasa kurang.

Pada umumnya untuk urusan harta benda duniawi orang selalu ingin lebih banyak lagi dan lagi. Jika diukur maka tidak ada batasnya. Kabar buruknya adalah hanya sedikit saja dari mereka yang terpenuhi keinginannya.

Orang yang pikirannya selalu merasa kurang, miskin, tidak beruntung, dan sikap negatif lainnya mana mungkin ia akan bahagia dan bersemangat dalam hidupnya. Jika yang dipikirkan hanyayang tidak dimiliki, mana mungkin kita akan bersyukur. Oleh karena itu, dengan mensyukuri semua yang ada pada kita saat ini, itulah sebenarnya sumber semangat kita. Kita akan sadar bahwa Tuhan sebenarnya sangat sayang kepada kita. Banyak sekali nikmat yang sudah kita rasakan, sementara lebih banyak lagi orang yang nasibnya tidak seberuntung kita. Adapun sesuatu yang kita inginkan yang belum kita miliki, itu adalah kesempatan bagi kita untuk berikhtiar semampu kita untuk mendapatkannya. Jangan pernah kecewa, apalagi putus asa.

4.Yakin bahwa apa pun yang kita lakukan akan mendapat balasan, baik di dunia maupun kelak di akhirat.

Setiap perbuatan kita pasti akan ada efeknya. Kita tersenyum pada orang lain maka orang lain pun akan tersenyum pada kita. Kita tidak sengaja menginjak kaki orang, mungkin bisa saja orang itu akan marah. Kita memberi sedekah (100 ribu misalnya) pada seorang pengemis, pasti si pengemis akan gembira luar biasa seakan itu sebuah mimpi, dan untaian kalimat doa pun keluar dari mulutnya untuk kebaikan kita. Kita marah, orang di sekitar kita pasti menjauh. Di tempat ramai tiba-tiba kita tertawa sendiri tanpa sebab yang masuk akal, mungkin kita akan disangka gila.

Jadi, semua perbuatan (aksi) yang kita lakukan akan menimbulkan efek atau reaksi. Dan efek atau reaksi yang muncul sesuai dengan hukum tabur-tuai. Seperti jika kita menanam padi, bisa dipastikan yang akan tumbuh juga padi. Namun jika kita menanam rumput maka yang akan tumbuh juga rumput. Kalau kita mengharap padi yang akan tumbuh maka kita harus segera bangun dari mimpi buruk.

Setelah kita tahu bahwa apa pun yang kita lakukan akan menimbulkan akibat, baik langsung maupun tidak langsung terhadap diri kita, maka kita harus memilih hanya untuk berbuat yang baik, positif, bermanfaat, dan bernilai saja. Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa efek yang akan kembali kepada kita juga hal-hal yang baik pula. Tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini jika kita tahu benar apa yang kita lakukan. Sekecil apa pun yang kita lakukan akan dinilai oleh malaikat pencatat amal. Balasannya tidak saja di dunia, tetapi juga kelak di akhirat. Jika kita ingin rekapan catatan amal tersebut isinya bagus maka kita pun harus selalu menjaga agar setiap perbuatan yang kita lakukan adalah perbuatan terbaik. Waktu adalah aset terpenting kita setelah nafas/oksigen maka kita harus mengisinya dengan gerak/aksi/perbuatan yang jelas manfaatnya. Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Jadi semuanya pantang sia-sia.

Dengan menyadari hal ini akan sulit bagi kita untuk tidak bersemangat. Mungkin keadaan Anda saat ini sedang tidak menyenangkan, tapi bukankah kita bisa merubahnya menjadi sebaliknya dengan aksi kita selanjutnya; dengan respon kita terhadap keadaan tersebut. Jika kekasih meninggalkan kita, bukankah kita bisa cari yang lain lagi. Jika kita di PHK, bukankah kita bisa cari pekerjaan lain yang lebih baik atau membuka usaha sendiri. Jika usaha kita lagi sepi atau bangkrut, masih ada kesempatan untuk bangkit lagi. Demikian seterusnya; selalu ada solusi untuk tiap masalah. Kita hanya perlu tetap bersemangat, optimis dan menjernihkan pikiran agar respon dan aksi kita benar-benar efektif dan efisien. Semoga bermanfaat.




Salam sukses dan Berkah!
Penulis : MURTI TITIN SUSANTO - GURU MTSN SURAKARTA

sumber  :  http://www.tegalinfo.com

BAHASA TEGAL WARISAN BUDAYA PALING TUA

Berbagai pendapat tentang Lomba Maca Puisi Tegalan tampak antusias tak hanya datang dari para pesohor penggiat kesenian di Tegal. Hamidin Krazan, penyair dan cerpenis asal Banyumas, menuturkan, meski dirinya bukan berasal dari Tegal namun kecintaannya pada Sastra Tegalan cukup kental. Mantan wartawan Nirmala Post itu mengaku, bahwa lomba apapun jenis dan macamnya niscaya memiliki daya positip sebagai upaya menggelorakan makna menyukuri hidup bernas.

“Begitu pula dalam lomba baca puisi Tegalan ini, saya yakini sebagai ajang pemicu semangat silaturrahmi budaya antar dan inter insane berjiwa estetis. Yakni para pecintas seni/sastra di luar Tegal maupun wong Tegal. Saya sebagai peserta dari luar Tegal setidaknya dapat belajar sedikit tentang banyak hal mengenai budaya Tegal melalui puisi-puisi hasil permenungan para panulisnya,” tandas Hamidin Krazan.
Lain lagi pendapat Ki Barep, Dalang Khas Tegalan. Ia menuturkan, dengan adanya Lomba Maca Puisi Tegalan menunjukan bahwa Bahasa Tegalan semakin mendapat tempat.

“Sebagai warga Tegal, apalagi profesiku sebagai dalang tegalan, saya sangat mendukung adanya lomba maca puisi tegalan karena bahasa tegalan bagaimanapun juga warisan budaya paling tua dan oleh karenanya perlu dikembang-lestarikan di tengah-tengah masyarakatnya. Himbauan saya kepada masyarakat Tegal dan sekitarnya, jangan malu menjunjung bahasa ibu.”

Lebih jauh Ki Barep mengatakan, para pengusaha dan para pejabat yang notabene mencari rejeki di Kota Tegal untuk ikut andil di dalam melestarikan Bahasa Tegal



sumber  :  http://www.tegalinfo.com

Senin, 09 Mei 2011

Kisah Sukses Keluarga Pengusaha Warteg

SAAT azan magrib berkumandang, kesibukan tampak di Warung Tegal (Warteg) Poncol di Jalan Imam Bonjol, Semarang. Warteg yang berada persis di depan SPBU Poncol itu penuh pelanggan yang ingin berbuka puasa. Dengan sabar, Ny Arlina Widiastuti (35) dan tiga pembantunya meladeni pesanan para pelanggan. Beberapa waktu kemudian, saat semua pengunjung telah menyantap hidangan dengan lahap, mereka baru bisa bernapas lega.

"Saat-saat seperti ini pada bulan Ramadan, memang merupakan jam sibuk. Waktu sahur nanti pun demikian, apalagi menjelang imsak," tutur Suharto (40), pemilik warteg yang juga suami Arlina.
Menilik penampilannya yang bersahaja, orang tak bakal menduga Suharto merupakan pengusaha warteg sukses. Pria kekar itu kini punya empat warung serupa di Semarang. Selain di Poncol, warteg miliknya itu berada di Wonodri Baru, Sadewo, dan Sampangan. Usaha warung nasi khas Tegal yang dia kembangkan itu mampu menyerap puluhan tenaga kerja.

Hebatnya, sarjana ekonomi jebolan salah satu PTS di Yogyakarta itu mengaku tak sendirian dalam mengelola warteg di Kota Lumpia ini. Menurut dia, seluruh saudaranya juga menjadi pengusaha warteg. Jika dihitung, jaringan bisnis keluarga itu memiliki 28 warung di Semarang.

"Saya anak kedua dari sembilan bersaudara. Kami semua mengadu nasib dan peruntungan dengan mengelola warteg di sini. Termasuk, adik saya yang insinyur sipil, sarjana hukum, dan dokter," tutur dia.
Keluarga Suharto itu berasal dari Sumurpanggang, Kecamatan Margadana, Kota Tegal. Daerah asal mereka cukup terkenal sebagai salah satu perkampungan pengusaha warteg perantauan seperti halnya Desa Sidapurna dan Sidakaton di Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal. Suharto sebelumnya tak pernah mengelola warteg.


Usaha Keluarga

Selepas kuliah, dia meneruskan industri rumah tangga pembuatan kerupuk udang milik keluarga. Namun sayang, usaha yang dia bina dengan susah payah itu jatuh dan tak bisa bertahan. Dia pun berniat mengikuti jejak adik-adiknya yang lebih dulu menjadi pengusaha warteg.

Semula, anak-anak pasangan H Rais dan Hj Syarifah itu membuka warteg di Jakarta. Namun persaingan yang ketat dan biaya operasional tinggi, membuat mereka memutuskan untuk hijrah ke Semarang. Perpindahan lahan usaha itu dirintis anak ketiga, Supratwo dan anak kelima, Wartono.

"Kami betul-betul meniatkan diri untuk sepenuh hati. Sebab di Tegal ada keyakinan umum yang hampir-hampir menjadi hukum tak tertulis. Jika mau menuntut ilmu harus pergi ke timur, yakni ke Semarang atau Yogyakarta. Sebaliknya, kalau mau mencari rezeki harus berjalan ke barat, yaitu ke Jakarta," ungkap Suharto.

Jika sekali waktu melihat warteg dengan nama Aero, itulah salah satu warung keluarga Suharto. Aero merupakan singkatan dari ungkapan bernas "arep enak kudu rekasa (ingin mulia harus bekerja keras)." Tak hanya Aero, beberapa nama lain juga digunakan seperti Atania.

Namun warung milik Suharto, diberi nama sesuai dengan daerah operasi. Salah satunya ya Warteg Poncol. "Pelanggan biar mudah mengingatnya," tutur dia.
Ciri khas warteg keluarga Suharto itu adalah buka 24 jam sehari, alias tak pernah tutup. Berbeda dari warteg lain yang biasanya bercat biru dengan jendela kayu, warung keluarga Suharto didominasi warna merah dan berjendela kaca. Kesan kumuh yang biasanya melekat terhadap warteg, sama sekali tak terlihat. Warteg Poncol misalnya, tampak bersih dengan ruang yang cukup luas dan berlantai keramik.

Berapa omzet yang didapat setiap bulan dari setiap warteg? Suharto tak tahu pasti. Dia hanya menyebut Rp 60 juta. Setiap hari, dia perkirakan pengeluaran untuk belanja per warung Rp 1 juta-Rp 1,5 juta.
"Saya bersyukur atas rezeki yang diberikan-Nya kepada kami sekeluarga. Sekarang mungkin hasilnya terlihat gemilang. Padahal untuk memulainya, betul-betul dari nol bahkan minus," tutur dia.



sumber  :  http://shandy77.blogspot.com

H Karjo, Pedagang Asongan Jadi Pengusaha Warteg

CERITA pemilik warung tegal (warteg) meraih sukses selama merantau di Jakarta memang bukan hal yang baru. Pasalnya, hampir tiap lebaran mereka pulang kampung sembari membawa simbol-simbol kemewahan untuk ukuran desa atau kelurahan seperti mobil mewah dan segepok uang.

Namun, siapa sangka bahwa kesuksesan itu mereka raih dengan keringat dan perjuangan yang panjang.
”Ya biasa, orang melihat kami ini berhasil dari sisi usaha, tapi lihat saja 20 tahun lalu, kami hidup untuk makan saja sulitnya minta ampun,” tutur H Karjo (53), warga Kelurahan Kalinyamat Kulon, Margadana, Kota Tegal.

Ya, boleh jadi pandangan sebagian kalangan bahwa pemilik warteg itu dibilang sukses memang tidak semua keliru. Suara Merdeka ketika bertandang ke rumah H Karjo sempat melihat, kendati dari bagian depan tampak sederhana, di garasi rumah terdapat mobil jenis Kijang berjejer. Apalagi, dia kini sedang membangun rumah senilai hampir Rp 1 miliar.

Konon, menurut keterangan saudaranya, H Asmawi Azis yang merupakan tokoh masyarakat setempat, dia kini sedang membangun rumah untuk enam anaknya. Tentu saja rumah yang dibangun mencapai miliaran rupiah. Hal itu juga dikuatkan oleh rencana dia seusai Lebaran ini memenuhi nazarnya menanggap wayang golek dengan dalang terkenal Ki Enthus Susmono.

”Sudah, baru saja, dan itu untuk memenuhi nazarnya karena sudah selesai membangunkan rumah untuk enam anaknya. Jadi, dia merasa tidak memiliki beban lagi,” kata Asmawi. Benarkan demikian? H Karjo yang didampingi istrinya, Hj Siti Fatimah (44), kelihatan tidak ingin melebih-lebihkan. Kendati demikian, dia mengakui kehidupannya sekarang lebih ringan, tidak punya beban yang terlalu berat.
Dengan balutan sarung dan kaus oblong, dia lebih suka berbicara tentang kisah masa lalunya. Seingat dia, kali pertama menapakkan kaki di Jakarta pada tahun 1972 dalam rangka merintis usaha warteg harus dia awali dengan menjadi pedagang asongan.

”Kalau boleh dibilang, banyak dukanya pada saat itu. Apalagi setelah menjadi pedagang asongan, saya ngenger (ikut) di tempat usaha warteg orang lain. Ketika itu, saya hanya dibayar Rp 60.000/ bulan. Bahkan, kadang hanya dibayar jam tangan dan topi laken. Itu saja senangnya minta ampun,” kenang dia.
Hidup merantau itu dia jalani hingga tahun 1985. Dia kemudian banting setir, bersama istrinya mendirikan warteg kecil-kecilan di wilayah Glodok, Jakarta Barat.

”Ya, kami waktu itu biasa tidur menyatu dengan dapur. Bahkan, kalau mau tidur harus mematikan kompor dulu karena lantainya panas. Itu pun warungnya kontrak Rp 60.000 /tahun. Sekarang sampai Rp 9 juta,” ujarnya.


Tiga Warung

Kondisi tersebut dia jalani dari waktu ke waktu. Suka duka menjadi pengusaha warteg telah cukup untuk menjadi bekal mengembangkan usahanya hingga sekarang. Dengan modal ketekunan, H Karjo kini memiliki tiga warung yang cukup besar, satu di daerah Kemurnian, Jakarta Barat, dua warung di Glodok.
”Ya, alhamdulillah. Berkat karunia Allah, usaha saya sekarang cukup baik. Kadang-kadang artis juga sempat mampir ke warung saya. Misalnya Taufik Savalas, Mpok Atik, dan Gogon. Yang penting, prinsip kerja yang baik dan halal,” tutur bapak dari enam putra itu. Musim Lebaran bagi H Karjo sekeluarga merupakan waktu yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga di kampung.

”Ya, beginilah kondisinya. Namanya saja orang merantau, bisa ngumpul keluarga hanya saat Lebaran seperti sekarang ini,” ungkapnya. Cerita sukses H Karjo juga dialami oleh beberapa pemilik warteg lain. Seperti tetangganya, H Casmadi, yang kini akan membantu membiayai pendirian masjid dan memberi bantuan kepada 500 santri dari keluarga tidak mampu.

Perjalanan Berliku di Jalur Privat


"Jatuh bangun di usaha biro privat tidak membuat
Beky mundur. Malah sebaliknya, semangatnya
terus terpompa untuk membesarkan usahanya.
Mari kita simak liku-likunya."

Menjadi pengajar privat ? Pertanyaan dengan nada sinis ini sering terlontar dari keluarga Beky, menanggapi profesinya sebagai guru les. Asal tahu saja, pria asal Tegal ini adalah alumnus Universitas Indonesia program Instrumentasi Fisika. Meski sempat dipandang sebelah mata, Beky tak bergeming dengan kecintaannya mengajar,  Maklum,sejak kecil Beky bercita-cita jadi dosen seperti pamannya, kebetulan pamannya mengajar di perguruan tinggi terkenal di Jakarta.

Awal pertemuannya dengan dunia les privat terjadi ketika Beky mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Dipepet keadaan karena memburuknya keuangan orang tua, memaksa Beky mengajar les privat.  “ Waktu itu saya masih kuliah semester tiga dan mengajar tiga murid dari biro privat dengan honor Rp 15.000 per pertemuan,” kenangnya. Uang dari hasil mengajar dipakai untuk membayar kontrakan dan biaya kuliah. Tak disangka, dari tiga orang bertambah menjadi delapan orang pada semester empat. “Karena saya ngajarnya bagus, murid-murid saya bilang ke teman-temannya.” Ujarnya.

Menyadari mencari murid tidak sesulit yang dibayangkan, Kak Beky, panggilan akrabnya mulai lepas dari bayang-bayang biro privatnya. Bahkan ia berencana membuat biro privat sendiri.  Maka, digandenglah empat orang teman kuliahnya mendirikan lembaga privat Berdikari. Tak ayal lagi, rumah kontrakan mereka dijadikan markas Berdikari yang berlokasi di Gg. Realita seberang Kampus UI Depok. “Lembaga ini berdiri tahun 1995. Waktu itu mempunyai pengajar sepuluh orang,” tuturnya . Perjalanan Berdikari tidak panjang, karena setahun kemudian lima sekawan tadi sibuk kuliah dan urusannya masing-masing.
Kegagalan tidak membuat Beky menyerah.  Setelah Berdikari gulung tikar, ia bersama empat kawannya mendirikan lagi biro privat dengan mengusung nama Excellent UI. Kondisi usaha Excellent UI relatif lebih baik daripada Berdikari.  “Kami sudah memasang telepon dan punya komputer,” tutur Beky.  Namun, lagi-lagi perjalanan usaha tidak berlangsung mulus.  Di tengah jalan timbul kecurigaan diantara pengelola akibat tagihan telepon yang membengkak. Akhirnya bubarlah Excellent UI.

Meski menelan pil pahit dua kali, Beky tidak patah arang menggapai manisnya usaha privat.  Tahun 1997 ia bertekad mendirikan biro privat lagi. Kali ini ia mengajak dua orang temannya.  Lembaga yang kemudian dikenal SKM UI (Studi Kreativitas Mahasiswa Universitas Indonesia) ini mengambil lokasi di sebuah gang yang letaknya di seberang UI, tak jauh dari lokasi sebelumnya.  Namun, belum lama usaha berjalan, kabut tebal menyelimuti SKM UI. Akhirnya dua orang teman Beky mengundurkan diri dan memilih bekerja di perusahaan.  “Karena saya sendirian yang mengelola, akhirnya saya cuti kuliah untuk fokus ke usaha.  Di samping itu, memang waktu itu saya tidak ada biaya untuk kuliah,” kenang Beky.

Beban operasional SKM UI yang lumayan berat,  memaksa Beky pindah ke tempat saudaranya di Cibubur.  Jadilah rumah saudara menjadi kantor SKM UI.  Namun, keberuntungan nampaknya masih enggan bersahabat dengan Beky. Di rumah ini pun Beky kembali dililit masalah dengan lokasi yang jauh dari tempat Beky kuliah.  Akhirnya Beky memustuskan hengkang dari rumah saudaranya dan memilih ngontrak di kontrakan tiga petak yang berlokasi di Gg. Material seberang UI, yang merupakan lokasi terdekat dengan kampus.

Beralih Profesi
Situasi sulit yang dihadapi Beky membuatnya bimbang dan putus asa untuk meneruskan usahanya. “ Waktu itu saya sudah lulus kuliah.  Jadi sudah harus berpikir gimana caranya dapat uang dan ngirim ke orang tua,” tuturnya.  Kebimbangan mengiringi Beky menjadi guru honorer di sebuah SMU negeri di Depok.  Namun, perbaikan nasib yang diidamkannya belum juga tergapai. “Ternyata jadi guru honorer sama saja. Gaji saya hanya Rp 40 ribu per bulan,” tuturnya. Untuk mendapat tambahan penghasilan, Beky nyambi jadi Guru di sebuah yayasan.  “Kalau di yayasan gajinya lumayan, Rp 240 ribu,”  imbuhnya.  Pendapatan yang jauh dari cukup memaksa Beky mencari tambahan penghasilan untuk menopang hidupnya.  Di tengah kesulitan yang menghimpitnya, Tuhan datang memberikan pertolongan. Gaya mengajar Beky yang mudah dipahami, membuat muridnya minta diajar privat olehnya.  “Anak-anak yang saya ajar berjumlah 100 orang.  Mereka saya kenakan biaya administrasi Rp 30 ribu per orang sebulan,” papar Beky. Namun, keadaan ini tidak berlangsung lama karena kegiatan Beky diketahui kepala sekolah.  “Saya akhirnya mengundurkan diri dan fokus ke usaha privat,” tutur Beky.

Back to Private
Bermodalkan satu buah pesawat telepon Beky memulai usaha privat di kontrakannya.  Guna mendukung kelancaran usaha ia merekrut seorang karyawan yang menangani administrasi dan telepon masuk.  Beky sendiri menangani pemasaran dan penagihan.  Tahun pertama (1997) usahanya boleh dibilang lumayan.  Murid yang berhasil dijaring masuk sekitar 30 orang dengan mempekerjakan 20 orang pengajar.   “Instruktur di SKM UI berasal dari Mahasiswa UI.  Saya memilih mereka karena punya kemampuan,” tutur Beky
Mata pelajaran yang diajarkan di lembaga privat ini meliputi bidang eksakta dan sosial dengan anak murid dari SD sampai SMU.  Lokasi anak yang diajar privat tersebar di berbagai wilayah.  “Biasanya saya menyesuaikan lokasi murid dengan pengajar.  Kalau rumahnya murid di Depok, ya saya carikan pengajar yang domisilinya di sekitar Depok,” ungkap Beky.

Pembagian fee untuk pengajar di SKM UI tergolong lumayan besar dibanding dengan lembaga lain.  “Saya tidak mengambil jasa banyak ya 70 : 30. Untuk pengajar 70%,  30% untuk SKM UI,” tutur Beky. Prosentase pembagian ini menurutnya  banyak dipengaruhi kehidupan pahit yang pernah dialaminya. Namun, setelah membaca buku-buku pemasaran dan mendapat masukan dari beberapa rekannya, prosentase pembagian fee berubah 65 : 35 dan 60 : 40 tergantung track record pengajar.

Menurut Beky, keuntungan yang didapat dari usaha privat lumayan.  “Jika murid privat sedikit, paling banter satu bulan keuntungan kami Rp 2,5 juta. Pernah, saking banyaknya murid, SKM UI meraup keuntungan Rp 35 juta satu bulan,” tutur Beky.

Namanya usaha, kadang terang kadang redup. Saat sekolah libur, praktis kegiatan mengajar privat tidak ada.  “Biasanya bulan Juni sampai Juli kami tidak ada penghasilan. Untuk menutupi kegiatan operasional kami mengambil dari keuntungan bulan sebelumnya,” tutur Beky. Bulan-bulan tersebut dimanfaatkan Beky untuk menagih uang pembayaran.

Selain masa sepi, seperti usaha kebanyakan pasti punya resiko.  Kerugian yang diderita lembaga privat, menurut Beky, biasanya disebabkan pembayaran yang macet.  “Klien saya ada yang tidak membayar sampai Rp 4 juta. Tapi ya mau diapaian,” tutur Beky.  Hal lain yang menyebabkan kerugian yakni pengajar yang lepas dari biro privat tanpa memberitahu sebelumnya.  “Kadang kalau pengajar sudah kenal baik dengan keluarga murid, pembayaran dihandle langsung oleh yang bersangkutan tanpa melalui biro.  Praktis lembaga tidak mendapat fee,” ujar Beky.

Strategi
Sampai saat ini, menurut Beky, klien yang menggunakan jasa SKM-UI sangat puas.  “Bahkan, banyak orang tua murid yang memberi hadiah ke pengajar dan lembaga karena senang melihat kemajuan anaknya,” tutur Beky.
Tidak berlebihan jika anak didik SKM-UI berjumlah sekitar 750an orang dengan pengajar yang mencapai 1500 orang.  Untuk menjaga kepuasan pelanggan, berbagai strategi pun ditempuh Beky.
Hal yang pertama yang dibenahi yakni masalah administrasi.  “Selama ini saya manual melakukan pencatatan. Namun, karena sudah tidak bisa           meng-cover, saya membeli komputer empat unit,” tutur Beky. 

 Penggunaan komputer sangat membantu Beky akan database yang rapi dan cepat diakses.  Strategi lain yang diterapkan yakni pengajuan proposal ke klien. “Proposal membantu klien yang akan menggunakan jasa kami mengetahui berapa biaya yang harus dianggarkan,  dan bagaimana mekanisme kerja kami,” ungkap Beky.  Cara ini ditempuh Beky untuk menghindari kemacetan pembayaran.

Untuk pengembangan produk, Beky membuat dua program.  Program standar instrukturnya mahasiswa dan program yang plus diajar sarjana.
“ Program plus biayanya bisa mencapai dua kali lipat program standar,” tutur Beky.  Meski mahal, menurut Beky program plus banyak diminati.
Tidak berhenti sampai di situ, Beky juga melakukan promosi untuk menggenjot angka pemasukan.  Promosi yang dilakukannya yakni penyebaran pamflet ke sekolah-sekolah, mengikuti pameran, pemasangan papan nama di jalan, iklan di koran, dan melakukan keagenan.

Strategi keagenan yang dijalankan SKM UI lumayan berhasil. “Keagenan ini mengajak klien kami menjadi pemasar dengan kompensasi sekian persen. Selain itu, kami juga bekerjasama dengan lembaga sekolah dan lembaga lain,” tutur Beky.  Namun, menurut Beky, keagenan dengan lembaga tidak memberikan kontribusi banyak.
Sering dengan bersinarnya usaha, karyawan yang dipekerjakan bertambah menjadi 5 orang, satu orang diantaranya berpendidikan SI.  Kedepan, untuk mengembangkan usahanya, Beky punya keinginan SKM UI berkantor di Jalan Raya Margonda, Depok.  “Prinsipnya lokasi kantor harus dekat dengan kampus UI,” tutur Beky

Mengejar impian
Suatu hari Beky mendengar kabar bahwa di Jl. Margonda sedang di bangun ruko yang tempatnya sangat strategis.  Beky pun segera melihat tempat di mana ruko itu di bangun, dalam pandangan Beky, ruko itu sangat strategis untuk dijadikan usaha di bidang Pendidikan yaitu Bimbingan Belajar, sudah lama sekali Beky memimpikan mempunyai kantor di Jl. Margonda.  Untuk sementara ini Beky punya kantor Biro Privat di Jl. Gang Matrial, lokasinya dekat Universitas Indonesia, di sinilah Beky berbisnis di Biro Jasa Privat.

Semenjak usaha Biro privatnya cukup maju pesat, Beky berpikir bagaimana Beky bisa punya kantor yang bagus yang letaknya di Jl. Margonda, sebenarnya Beky ada dana untuk membeli ruko dengan cara mencicil di Bank, tapi setelah Beky berdiskusi sama Istri tercintanya Beky tidak didukung untuk membeli ruko, menurut Istri nya lebih baik beli rumah dulu, karena kontrakan yang ditempati Beky dan Istri sering ada masalah.  Dari hasil tabungan dan keuntungan bisnis Biro Jasa Privat Beky akhirnya dengan terpaksa membeli rumah di daerah Citayem di Perumahan Permata Depok.

Keinginan Beky untuk mempunyai ruko di daerah Jl. Margonda tetap menggebu-gebu.  Hambatan pertama saat memulai usaha Bimbel tersebut langsung menghadang, Beky tidak cukup punya modal, karena tabungannya telah terkuras habis karena dananya digunakan untuk membeli rumah. Namun Beky tidak menyerah begitu saja.  Beky pun mencari jalan keluar dengan mengajak staf-staf pengajar yg sudah pengalaman dan salah satu pegawai di SKM-UI untuk bergabung dalam merintis suatu Bimbel yang sudah diimpikan cukup lama.  Setelah mendapatkan orang-orangnya, Beky pun mulai melakukan persiapan tehknis. Segera berbenah dan menyiapkan segala sesuatuanya. 

 Proposalnya pun di layangkan ke berbagai orang tua murid yang Beky kenal cukup baik, mungkin sekitar ada 10 proposal yang Beky buat.  Sebenarnya Beky tidak bisa buat proposal, karena Beky terbiasa apa-apa menyuruh sama staf-stafnya, tapi Beky menggunakan Ilmu yang di dapat dari pengalaman ikut seminar yaitu untuk mengembangkan suatu bisnis Beky sealalu memanfaatkan faktor leverage sebagai daya ungkit atau faktor kali.  Beky berfikir bagaimana menggunakan dan memaksimalkan daya ungkit tersebut agar kinerja bisnisnya lebih efisien namun memberikan hasil yang optimal. Beky mencatat ada beberapa jenis leverage yang bisa digunakan antara lain :

1. Other People’s Money (Uang Orang lain).   Dalam beberapa bidang, kita sangat terbantu dengan OPM ini.  Bagaimana tidak, kalau kita seorang pengusaha, untuk mengembangkan bisnis (buka cabang, membeli kios atau ruko, dan lainnya) kita akan sangat terbantu oleh perbankan atau investor.

2. Other People’s Experience (Pengalaman Orang Lain).   Dalam menjalankan bisnis, akan jauh lebih cepat akselerasinya apabila kita belajar kepada orang lain yang sudah terbukti sukses di bidang tersebut. Mungkin tidak harus belajar atau ketemu langsung, kita bisa dengan belajar melalui buku-buku atau sharing pengalamannya. Hal ini akan sangat menghemat waktu, dibandingkan jika harus trial and eror sendiri.

3. Other People’s Time (Waktu Orang Lain). Tidak mungkin semua proses bisnis akan kita tangani sendiri. Tim sangatlah penting, karena ternyata masih banyak orang yang profesional di bidangnya yang siap “menjual” waktu, skill, dan pengetahuannya untuk membantu mendongkrak bisnis kita.

4. Other People’s Ideal (Ide Orang Lain). Peluang dan ide bisa di dapat dari mana saja, tapi tahapan selanjutnya adalah seberapa cepat ide tersebut dapat dieksekusi menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan.

5. Information Technology. Dunia terus bergerak sangat cepat. Bagaimana kita memanfaatkan kecanggihan alat-alat modern seperti ini? Saat ini kita sangat bergantung pada produk IT ini, mulai dari kalkulator, komputer dan software-nya, e-mail. Internet, SMS gateway dan sebagainya. Kita bisa memaksimalkan tekhnologi ini untuk me-leverage bisnis kita, karena dunia telah memasuki era baru. The World is Flat & Borderless.

6. Media. Media bisa menjadi sarana yang paling cepat dan instan untuk mendongkrak bisnis kita. Baik itu media cetak, elektronik, Internet, atau media lainnya. Sudah banyak bukti yang menunjukkan betapa sebuah bisnis bisa langsung melejit, begitu diekspos oleh media massa. Yang terpenting dalam hal ini adalah siapa yang kenal kita, bukan kita kenal siapa.

Setiap jenis bisnis tentu memiliki faktor kali atau leverage yang berbeda. Yang jelas setiap bisnis pasti ada faktor pengungkitnya. Pertanyaannya adalah sudahkah kita menemukan dan memaksimalkan faktor kali tersebut dalam bisnis kita?  ungkap Beky.

Sebenarnya Beky tidak bisa membuat proposal, tapi Beky menggunakan cara POL ( pengalaman orang lain).  Jadi yang membuat proposalnya adalah Mahdi.  Mahdi salah satu staf pengajar di kantor biro jasa Privat Beky, dari pengalamannya Pak Mahdi cukup bagus, karena Mahdi pernah menjadi kepala Cabang Bimbel di Maestro dan Primagama.  Dari 10 proposal yang Beky berikan sama orang tua murid, ada 3 proposal yang di respon cukup baik. Ada salah satu Istri pengusaha di daerah Pondok Indah,cukup tertarik dengan proposal yang kami tawarkan.  Setelah Beky dan teman-teman melakukan persentasi di hadapan pengusaha tadi,kelihatanya calon investor sangat tertarik,investor menjanjikan 2 minggu katanya akan di pertimbangkan dengan suaminya, setelah menunggu hampir 2 minggu, Beky dapat informasi kalau proposalnya di tolak,katanya tidak di setujui sama suaminya,tapi beky tetap berjiwa besar dan berpikir positif, yang pasti semua itu merupakan pengalaman yang sangat seru dan berharga bagi saya, ungkap Beky.

Walaupun sudah pernah di tolak proposalnya oleh salah satu orang tua murid, Beky tidak pernah berputus asa, Beky selalu berfikir positif, meskipun Beky mengalami kegagalan menghadapi kesulitan, terkadang menemui jalan buntu Beky tetap berupaya untuk terus mencapai tujuan-tujuan positifnya. Secara berproses, Beky memilih keputusan untuk maju, karena Beky menghindari keputusan melangkah untuk berhenti atau mundur untuk mendapatkan ruko di Jl. Margonda.

Suatu hari Beky di telpon oleh salah satu orang tua murid yang tinggalnya di Bintaro, Beky sangat kaget dan gembira, mudah-mudahan inilah salah satu investor yang bisa bekerja sama untuk membeli ruko yang diidamkan oleh Beky.  Esok harinya Beky dan teman-teman rekannya ketemu di rumah calon investornya.  Beky sangat senang, karena setelah Beky presentasi calon investornya sangat tertarik dan berminat untuk menjalin kerja sama untuk membeli ruko tersebut.  Seminggu kemudian Beky dan calon investornya survey tempat ruko yg mau di beli,setelah investor survey tempat,investor langsung tertarik,dan beky langsung mempertemukan investor dengan bagian marketing, pada saat ketemu dengan bagian marketing Beky disuruh untuk membayar tanda jadi pembelian ruko sejumlah Rp 5.000.000. Sebenarnya bagian marketing meminta DP sejumlah Rp.300.000.000,     beky langsung melakukan penawaran,beky janji 3 minggu sisa pembayaran akan di lunasi,beky mengharapkan ivestor secepatnya mengusahakan dana yg akan di bayarkan.

Dua minggu kemudian Beky dapat kabar bahwa dana dari investor belum bisa dicairkan dalam waktu dekat sedangkan Beky sudah dikasih Deadline dalam seminggu Beky harus melunasi sisa dari pembayaran pembelian ruko, walaupun Beky dan investor sudah mempersiapkan dengan baik, tidak semuanya berjalan mulus, kendala yang muncul selalu ada, masalah datang silih berganti.  Namun, Beky tidak mau terlalu fokus pada masalah yang timbul.  Beky memilih untuk fokus dan teguh pada impiannya, berkat kesungguhannya, ada salah satu orang tua murid Beky yang mau membantu, namanya Ibu Dety Hilmi Panigoro (Istri dari Pak Hilmi Panigoro CEO Medco) Beky sangat berterimah kasih sekali dengan Ichan H.P (Putra pertama Hilmi Panigoro) yang melobi orang tuanya supaya proposal yg ditawarkan sama beky bisa di terima,alhamdulilah berkat pertolongan murid saya dan presentasi Beky dan rekan yg sangat bagus,akhirnya proposal diterima oleh Pak Hilmi. Sekedar informasi saja bahwa Muhammad Ikhsan Hilmi Panigoro,yang biasa di panggil ican adalah murid Beky yang sudah hampir 7 tahun dibimbing sama Beky, Beky sebenarnya sudah lama mengajar di keluarga besar Panigoro, awal mengajar keluarga besar  Panigoro, Beky tidak tahu bahwa keluarga Panigoro adalah keluarga Pengusaha terkenal di Indonesia.  Berkat kesabaran dan tanggung jawab Beky dalam mengajar alhamdulilah hasilnya sangat memuaskan dan tidak mengecewakan, beky juga sangat senang sekali bisa mengajar di keluarga Pak Hilmi Panigoro,karena keluarga ini sangat harmonis dan ramah sekali terhadap semua orang tanpa kecuali,akhirnya Beky mengajar adik-adiknya Ican,adiknya Ichan semuanya baik-baik,yg paling lucu adalah adiknya ican yg paling kecil,kadang kalau belajar sering minta di pangku,Beky sangat senang sekali kalau mengajar mereka bertiga,Beky berusaha memberikan yg terbaik buat mereka,Beky kalau mengajar mereka tidak pernah ingat waktu, sampai-sampai Beky sering menginap dirumah muridnya, begitu dekat hubungan Beky dengan Ichan, karena Beky menganggap Ichan sebagai adik sendiri, suka duka Beky dengan Ichan selalu berbagi.  Beky selalu memotivasi Ican supaya Ican bisa bangkit dan maju untuk mempersiapkan tantangan hidup masa depan Ican, Alhamdulillah Ichan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di luar Negeri.  Beky merasa bangga punya murid seperti Ichan, karena Ichan murid yang tidak sombong,baik anaknya,sederhana dan sangat dermawan. Inilah hasil didikan dari Ibu Deti H.P,selaku orang tua Ican.  Beky sangat berterima kasih, berkat bantuan Ibu Dety H.P akhirnya ruko tersebut didapatkan, seringkali Beky memperoleh kemudahan yang muncul dengan tiba-tiba.

Singkat cerita bimbingan belajarnya yang diimpikan Beky terwujud, bimbingan belajarnya di beri nama Bimbingan MASTER 21.  Keputusan Beky untuk membuka Bimbel MASTER 21 di Jl. Margonda Raya No. 514F Depok ini, tentu dengan pertimbangan yang mendalam.  Kawasan Margonda merupakan daerah yang strategis,dekat kampus Universitas dan sekolah ternama di sekitarnya, banyak mahasiswa dan pelajar yang bermukim di Depok sehingga potensi pasar di daerah ini sangat luar biasa.

Bersama lima rekannya dan karyawannya, Beky siap menerima calon murid pertama datang.  Perasaan waktu itu campur aduk jadi satu, namun semua itu berhasil diatasinya, dengan pelayanan yang ramah dan menyenangkan. Buka pertama kali Kantor Bimbel Master 21 murid yang mendaftar sekitar 26 siswa, jumlah yang sangat fantastis.  Kesibukannya yang bertambah setelah mempunyai usaha Bimbel MASTER 21, akhirnya Bimbel SKM-UI Privatnya di serahkan kepada adik iparnya, yang sudah ikut bekerja di kantor Beky sekitar 6 tahun.  Jika sebelumnya jam istirahat dibuat santai, kini digunakan untuk memantau perkembangan Bimbel MASTER 21, dan malamnya Beky memantau Bimbel SKM-UI Privat, terkadang Beky tidak enak pulang malam, karena sering bekerja larut malam, Beky merasa kasihan sama supir pribadinya, yang selalu setia menunggu Beky bekerja.

Selain sibuk menelpon, waktu istirahatnya juga sering dimanfaatkan untuk membuat rencana pengembangan bisnis dan laporan, begitu ada waktu luang, dia langsung memanfaatkannya untuk melakukan berbagai aktivitas yang menunjang kemajuan Bimbelnya mulai bikin strategi dan draft new letter untuk promosi. Seiring berjalannya waktu, euforia mulai bisnis sendiri mulai hilang kualitas masalah yang di hadapi juga terus meningkat mengikutinya pertumbuhan bisnisnya.  Beky tidak lagi terlalu dipusingkan oleh berbagai masalah teknis sehari-hari.  Beky mulai berlatih membuat prioritas.  Beky mulai memusatkan perhatiannya pada masalah karyawan, kepuasan siswa, peningkatan kualitas guru dan sebagainya. Hal ini membuat cara Beky berpikir jauh lebih maju.

Beky juga selalu memikirkan nasib para karyawannya, bagaimanapun karyawan adalah bersama bagian kaluarganya bersama bisnisnya seperti inilah yang paling menantang sekaligus paling menyentuh sisi kemanusiaannya, hubungannya baik yang di bangunnya tidak sekedar hubungan antara bos dan karyawan, namun lebih kepada hubungan sesama manusia sebagai seorang pribadi yang unik.  Sebagai pemimpin Beky berusaha memberi contoh yang baik bagi karyawannya.

Para pengelola dan Beky menyadari cara Beky berinteriaksi akan mempengaruhi bagaimana para karyawan bersikap dengan para siswa. Apalagi membina hubungan dengan para siswa dan orang tua siswa, sangat mempengaruhi kelangsungan bisnis ini.  Para siswa dan orang tua siswa adalah urat nadi dalam setiap bisnis, terutama dalam bisnis jasa seperti bimbel.  Perlahan pasti, Beky mulai membangun sistem yang lebih baik. Sistem bimbel yang sangat berbeda dengan bimbel lain.

Berkat pembelajaran yang tiada henti, sistem yang dibangunnya sudah mulai berjalan dengan baik.  Semua pekerjaan sudah di delegasikan kepada Tim manajer dan para karyawan.  Dengan begitu Beky bisa lebih konsentrasi untuk memikirkan hal-hal yang bersifat strategis.  Dengan terus belajar dan berbagai pengalaman, buku, seminar, sharing dan bergaul dengan orang-orang sukses, kemampuan bisnis Beky semakin terasah, Beky mempunyai beberapa unit usaha,yaitu, CV SKM-UI Privat, PT.Pendidikan Master 21, CV. Multi jasa, Rent Car, Peternakan.  Perkembangan Bimbel Master 21 di Depok yang sangat bagus, membuat Beky berfikir untuk mengembangkan bimbelnya, sebenarnya Bimbel Master 21, sudah punya cabang di Mayestik, bukanya hampir bersamaan dengan Master 21 di Depok, untuk di Cabang Mayestik pemiliknya adalah Ibu Eva Lamora, salah satu murid privatnya SKM-UI milik Beky.  Lokasi Bimbel Master 21 di Mayestik persis di Jl. Leuser , selain strategis karena dekat dengan lingkungan pendidikan, tempatnya juga bersih dan nyaman bagi siswa.

Menghadapi persaingan dalam bisnis bimbel ini, Beky mengaku cukup percaya diri dan optimis, Beky yakin bahwa setiap orang mempunyai rezeki masing-masing.  Yang penting baginya, selain memberikan pelayanan yang istimewa.  Beky menyadari apa yang Beky lakukan,tidak cuma akan mempengaruhi keadaan sendiri, tapi juga mempengaruhi banyak orang. Beky menyadari bahwa Beky akan mendapatkan karyawan partner bisnis, dan Customer yang baik jika Beky juga mampu melakuakan sikap yang baik. Untuk itulah Beky selalu meningkatkan kualitas diri.

Dalam berbisnis Beky belajar bersabar dan ikhlas sering sekali segala sesuatu berjalan tidak sesuai dengan harapan, bahkan jauh dari harapan justru di situlah Beky belajar berbagai hal.  “Di saat kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, kadang justru kita mendapatkan sebuah pembelajaran yang luar biasa” kata Beky.
Beky mengajak para tim pengelola dan para karyawannya untuk mempunyai mimpi yang besar, karena mimpi yang kuat dan dipadukan dengan pengetahuan dan skill yang tinggi akan menghasilkan kebiasaan yang bagus yang mengantarkan sebuah kesuksesan.

Beky bangga menjadi seorang pengusaha. Ternyata uang hanya salah satu resiko yang Beky dapatkan dalam berbisnis, yang Beky cari adalah perubahan diri dan pelajaran hidup yang didapatkannya. Beky bersyukur bisa memberikan manfaat banyak orang dan menjadi saluran rezeki bagi orang lain.


By :  Kak Beky

Menjadi Wirausaha, Siapa Takut?

Tak sengaja saya menemukan kolom yang saya tulis di majalah SWA tujuh tahun lalu, edisi 10/XX/13-26 Mei 2004. Saat itu sekitar setahun setelah saya pindah kuadran dari eksekutif Detik.com, membangun usaha sendiri, Virtual Consulting. Saat itu memang banyak eksekutif puncak yang meninggalkan posisi nyamannya untuk memasuki lahan baru yang berisiko.

Tulisan itu saya baca ulang. Dan sepertinya masih layak dibaca saat ini. Saya bagi di blog ini, siapa tahu bermanfaat untuk yang ingin menjadi pengusaha.

“Pertaruhan terbesar dalam hidup adalah ketika saya memutuskan menjadi wirausahawan?” Itulah sebaris kalimat yang berkecamuk di benak seorang eksekutif perusahaan ketika memutuskan pindah kuadran menjadi wirausahawan (entrepreneur).

Berlebihan? Tidak. Bertahun-tahun membangun karier di jalur profesional, merintis dari posisi terendah hingga mampu menembus level direksi, membuat sebagian besar kita merasakan nyamannya posisi ini sehingga enggan melepaskannya. Gaji dan tunjangan yang berkecukupan. Jaringan bisnis yang terbangun lumayan luas. Nama besar yang mengikuti jabatan di perusahaan terpandang.
Siapa yang mau kehilangan sederetan kenikmatan langka itu untuk memasuki dunia baru yang penuh tantangan? Dunia yang penuh risiko — bisa meludeskan modal yang kita tabung bertahun-tahun dan memudarkan nama kita yang sebelumnya lumayan terpandang.

Johannes Kotjo dan Judiono Tosin, misalnya, amat mengilat karier dan namanya sebagai eksekutif puncak Grup Salim pada tahun 1980-an. Ketika keluar dari konglomerasi terbesar Indonesia yang masih dikomandoi Om Liem saat itu danmembangun bisnis sendiri, mereka sempat menjadi ikon eksekutif yang berani pindah kuadran. Namun, tak berapa lama nama dan bisnis mereka pudar.

Meski demikian, dunia kewirausahaan sepertinya tak mengenal trauma. Ada saja eksekutif yang berani terjun ke dunia usaha. Ira Koesno, presenter kondang SCTV, seperti ditulis dalam Sajian Utama SWA, berani melangkah ke dunia itu. Begitu pula kawula muda lain yang sebelumnya memiliki posisi lumayan bagus di perusahaan tempat mereka bekerja sebelumnya. Saya sendiri setelah berolah pikir cukup lama akhirnya berani meninggalkan posisi direktur di Agrakom dan Detikcom — portal nomor wahid yang menjadi fenomena bisnis Internet di Indonesia karena mampu menjadi yang terbesar, baik dari sisi pengakses maupun iklan yang berhasil didulang di dunia maya.

Langkah para eksekutif muda (umur 30-40 tahun) memasuki dunia wirausaha saya lihat sebagai langkah unik jika melihat tingkat retensinya. Bagi mereka yang sejak lahir sudah tercetak menjadi wirausahawan karena keturunan, seperti para pedagang, serta pebisnis warung Tegal dan Padang, dunia usaha bukanlah hal yang aneh. Biasanya mereka menerjuni bisnis ini sejak kecil dengan membantu orang tua atau kerabatnya. Di kemudian hari mengambil alih atau mengembangkan bisnis serupa di tempat lain. Tipe ini nyaris tidak memerlukan pendidikan tinggi dan tidak memiliki retensi untuk menjadi wirausahawan.
Agak berbeda kasusnya dengan mereka yang mengecap pendidikan hingga perguruan tinggi. Kebanyakan dari lulusan universitas cenderung menjadi eksekutif perusahaan. Hanya segelintir yang berani langsung membuka usaha sendiri begitu selesai wisuda.

Orang yang terbiasa menjadi eksekutif biasanya memiliki retensi besar untuk membangun usaha mandiri. Mereka yang sukses di jalur ini kebanyakan setia pada jalurnya. Jadi, kalau memang ada segelintir yang berani pindah jalur, ini layak dicatat.
Mereka yang pindah kuadran ini di atas kertas sebenarnya memiliki peluang sukses cukup besar. Alasan utamanya, mereka yang pernah mencicipi posisi eksekutif puncak pasti sudah terlatih jiwa kewirausahaannya di dalam perusahaan (intrapreneurship).

Pekerjaan manajerial memang tergolong penghindar dan penekan risiko (risk aversive and risk minimalist). Namun, semakin tinggi posisi manajerial seseorang, semakin pekat pekerjaan yang berbau wirausaha, yang bersifat menentang risiko (risk taker). Tanggung jawab manajemen puncak untuk membuka pasar baru, membuat produk baru, membuka unit bisnis baru, serta meningkatkan pendapatan dan laba perusahaan adalah tanggung jawab yang pekat dengan jiwa kewirausahaan. Artinya, jiwa kewirausahaan mereka sudah terasah.

Alasan lain, nama mereka sudah cukup terpandang dan jaringan bisnisnya sudah lumayan luas sesuai dengan kehebatan perusahaan yang dikelolanya. Ini bisa menjadi modal awal yang sangat bagus untuk membangun bisnis baru.

Namun, yang indah di atas kertas memang lain dari di dunia nyata. Dengan wadah usaha baru, jalan untuk menembus proyek dan mendapatkan revenue jadi semakin berat. Memangnya mudah kita mengikuti tender betulan dengan perusahaan seumur jagung yang minim portofolio bisnis? Pengalaman profesional yang jika ditulis bisa berlembar-lembar ternyata tidak bisa begitu saja ditransfer dalam bisnis baru. Wirausahawan baru pun, dalam hal modal, memiliki banyak keterbatasan. Apalagi, perusahaan baru yang dirintis wirausahawan baru biasanya tidak/kurang bankable.

Apa boleh buat, wirausahawan yang baru pindah kuadran akan pusing tujuh keliling ketika cash flow perusahaan kacau-balau. Hal ini kurang dirasakan ketika bekerja sebagai eksekutif karena berbagai resource — termasuk keuangan — disediakan pemilik perusahaan. Itulah tantangan dunia usaha. Seorang wirausahawan bukan hanya pintar memanfaatkan peluang, tetapi juga dituntut untuk piawai memanfaatkan berbagai resource, termasuk keuangan, sumber daya manusia dan teknologi, setelah berhasil menangkap peluang.

Eksekutif yang pindah kuadran menjadi wirausahawan sama saja dengan ikan yang pindah kolam. Ia akan mabuk sesaat. Ia membutuhkan waktu untuk adaptasi. Sebagian akan mati. Saya sendiri sudah menyaksikan beberapa rekan yang pindah kuadran dengan optimisme tinggi, tapi setahun kemudian ambruk. Namun, yang lolos seleksi berpotensi menjadi wirausahawan yang tangguh. Rekan saya, misalnya, kini menjadi wirausahawan yang memiliki tower seluler begitu banyak di Indonesia. Seorang rekan lain mampu membuat usaha ekspor mebel dan mengelola 600-an karyawan.

Mereka yang lolos seleksi dan tumbuh sehat akan mendapatkan pemandangan yang jauh lebih indah. Persis seperti anak-anak kura-kura yang baru menetas di pinggir pantai dan berebut masuk ke laut. Ada yang mati dimakan binatang lain atau manusia. Namun, yang berhasil masuk ke laut akan tumbuh dan berkelana, menyaksikan indahnya lautan luas, warna-warni terumbu karang, indahnya tarian beraneka ragam ikan, dan kemudian beranak-pinak. Itulah indahnya jika sukses di dunia usaha. Patut disyukuri jika banyak kawula muda yang berani pindah kuadran menjadi wirausahawan.

Menjadi wirausaha, siapa takut?



sumber  :   http://nukmanluthfie.com